Tingkatan Puasa Dalam Islam.

Para pembaca yang budiman, hari ini kita telah memasuki sepuluh hari kedua bulan suci Ramadhan, tentu kita sudah banyak merasakan berbagai tambahan ilmu, jika selama bulan Ramadhan ini kita aktif mengikuti kegiatan amaliah melalui kultum, majelis ta’lim ataupun kegiatan lain yang yang banyak diselenggarakan di bulan Ramadhan ini untuk mengetahui apa sebenarnya tujuan puasa Ramadhan. Tujuan yang hendak dicapai dari ibadah puasa dalam bulan Ramadhan ini ialah supaya setiap kau muslimin menjadi orang-orang yang muttaqqin, yakni tingkat tinggi dalam keimanan dan keislaman. Siapa orang yang muttaqin itu? Taqwa menurut Doktor Alif Abdul Fattah Ath-Thobaroh dalam bukunya menjelaskan:

“Bahwa manusia itu takut melakukan sesuatu perbuatan yang akan mendatangkan murka Tuhannya, dan takut melakukan sesuatu yang akan membawa mudharat bagi dirinya sendiri dan mudharat bagi orang lain.”

Apabila memakai difinisi ini, maka orang-orang yang beriman yang dicetak oleh ibadah puasa Ramadhan ini adalah:

1. Orang-orang yang senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang akan mendatangkan murka Allah SWT dalam melaksanakan tugas kehidupannya sekarang ini.

2. Orang-orang yang senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang akan merugikan diri sendiri.

3. Orang-orang yang senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang menyakitkan orang lain.

Itulah manusia muttaqin yang dicetak oleh ibadah puasa yang diwajibkan Allah SWT dalam bulan Ramadhan ini. Jadi benar bulan Ramadhan adalah seperti bulan Madrasah Akhlakqiyah, sekolah pendidikan akhlaq, karena di dalamnya banyak pelajaran yang bermanfaat dan sebagai tuntunan yang sangat berguna. Orang-orang yang berpuasa yang tidak dapat mengendalikan lidahnya dan tidak pula mengendalikan diri dari perbuatan maksiat, maka akan mendapatkan ancaman, sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan kotor dan perbuatan kotor yakni perbuatan maksiat, maka Allah tidak berhajat yang bersangkutan meninggalkan makan dan minum.”

Lebih tegas lagi sabda beliau:

“Betapa banyaknya orang yang berpuasa, yang hasilnya hanyalah lapar dan haus saja.”

Puasa Ramadhan sebagai Madrasah Akhlaqiyah, maka puasa Ramadhan itu dapat berfungsi, menurut Afif Abdul Fatah A-Tabbaroh yaitu:

1. Tempat menempa iman seseorang, sehingga imannya akan semakin kuat dalam menghadapi tantangan nafsu dan kebiasaan buruk yang melanggar perintah Allah SWT dan yang akan membahayakan dirinya sendiri dan masyarakatnya.

2. Ibadah puasa dapat menanamkan rasa ikhlas kepada pelakunya. Ibadah ini tidak kelihatan oleh orang lain, oleh karena itu jika tidak ada keikhlasan dalam menjalankannya, tentu akan menjadi sia-sia.

3. Ibadah puasa merupakan jalan menuju kebaikan. Apabila seorang kaya melakukan puasa, tentu akan merasakan sangat lapar dan haus. Ini tentu akan mengingatkannya kepada nasib yang menimpa fakir dan miskin yang selalu menderita kelaparan yang tak adda batasnya. oleh karena itu tangannya akan murah untuk memberikan bantuannya, sebab dia sendiri telah merasakan bagaimana laparnya ketika puasa.

4. Ibadah puasa sebagai tempat latihan untuk memiliki kesabaran tingkat tinggi. Bersabar, sukarela saat menghadapi tantangan nafsu adalah lebih utama daripada bersabar karena paksaan. Akhirnya sabar akan meresap ke dalam jiwa orang-orang yang berpuasa.

5. Ibadah puasa adalah faktor pemersatu bagi masyarakat Islam, karena semua lapisan masyarakat merasakan lapar dan haus yang sama. Dari perasaan inilah akan tertanam perasaan kasih sayang sesamanya.

6. Ibadah puasa dapat menempa jiwa seseorang penuh harapan kepada Allah dan selalu dekat kepada Allah SWT.

Untuk meningkatkan ibadah puasa kita masing-masing, maka dalam kesempatan ini kita kutipkan pendapat Imam Al-Ghazali. Menurut beliau, pauasa itu ada tiga tingkat:

1. Shaumul ‘Aam = Puasa umum, puasanya orang awam, puasanya orang kebanyakan

Puasa pada tingkatan ini hanya tidak makan dan tidak minum serta tidak mengadakan hubungan suami istri dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Ini puasa tingkat pemula. Walaupun pada tingkat ini pemula, namun sumbangannya dalam membentuk akhlakul karimah sungguh sangat besar artinya.

Jika setiap orang Islam dapat mengendalikan yakni nafsu perut dan syahwatnya, maka setapak demi setapak dia semakin mendekati orang-orang muttaqin.

2. Shaum khusus = Puasa khusus

Puasa pada tingkatan ini, bertambah nyata sumbangannya dalam membentuk akhlaqul karimah. Seseorang berpuasa tidak hanya tidak makan dan tidak minum saja, tetapi ditingkatkan pula sehingga mempuasakan mulutnya dari berbohong, mengumpat, dan lain sebagainya. Rasulullah SAW dalam sabdanya:

“Puasa itu benteng selama tidak dirusak oleh bohong dan ghibah.”

Firman Allah SWT dalam surat Qof ayat 18:

“Tiada suatu ucapan yang diucapkan, melainkan ada didekatnya yang selalu hadir, Raqib dan Atid.”

Seseorang yang telah berhasil dididik oleh ibadah puasa pada tingkat Shaumul Khusus ini, senantiasa mempergunakan lisannya bertutur dipelihara dari hal-hal yang akan mendatangkan bahaya baginya dan bagi masyarakat. Telinga dan penglihatannya dipuasakan pula.

3. Shaum Khususil = Puasa sangat khusus

Yaitu hati dan pikirannya tidak pernah terlintas untuk berbuat maksiat. Itulah orang mukmin yang muttaqin yang berhasil dicetak oleh ibadah puasanya, hasilnya terliihat nyata dalam praktek kehidupan bermasyarakat. Orang yang muttaqin adalah:

1. Senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan datangnya murka Allah.

2. Senantiasa menjauhkan diri dari segala sesuatu yang akan merugikan diri sendiri.

3. Senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan yang akan merugikan masyarakat.

Oleh karena itu marilah kita tingkatkan ibadah puasa kita, sesuai dengan yang dikehendaki oleh sariat Islam untuk menjadikan kita orang-orang yang muttaqin, bukan puasa karena tradisi dan kebiasaan dari nenek moyang dan sekedar melepas kewajiban saja. Apabila kita berpuasa sampai kederajat muttaqin, maka kita akan memperoleh janji Allah SWT dalam surat At-Tholak yang artinya:

“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan jalan keluar dari segala macam kesempitan dan kesengsaraan. Dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.”

Demikianlah mudah-mudahan tulisan singkat ini akan ada manfaatnya untuk kita semua. Amin

BULETIN JUMAT, EDISI X TAHUN I/14 RAMADHAN 1430 H/4 SEPTEMBER 2009 M

Diterbitkan oleh Pemerintah Kota Palembang Bekerjasama dengan MUI Kota Palembang

About Iwan Lemabang
aku hanya manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa. LEMABANG 2008

Leave a comment